Sabtu, 15 Desember 2012

About Kota Muntok


KOTA Mentok di Kabupaten Bangka Barat adalah kota tua yang berdiri sejak berabad silam. Penjajah Belanda-lah yang membangun daerah itu, sekaligus menjadikannya sebagai kota pelabuhan.
MELALUI Pelabuhan Muntok di Mentok, hasil alam terutama lada putih Bangka yang begitu terkenal diangkut kapal-kapal Belanda menuju ke daratan Eropa. Melalui Pelabuhan Muntok pula timah yang digali dari bumi Bangka dikirim ke negara penjajah.
Bekas kejayaan Mentok-sekaligus kebesaran penjajah Belanda-sampai kini masih jelas terlihat di kota yang kini ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Bangka Barat tersebut. Ratusan gedung tua dengan mudah ditemui di seantero kota pantai dan perbukitan tersebut.
Dua di antara ratusan gedung tua yang masih kokoh berdiri bahkan memiliki nilai sejarah yang amat tinggi bagi negara ini. Dua gedung tua itu adalah Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam, gedung tersebut pernah dijadikan tempat tinggal pendiri negara ini.
Bung Karno bersama Bung Hatta dan sejumlah pemimpin republik pernah menempati dua bangunan bersejarah itu saat dibuang Belanda pada Februari 1949. Bung Hatta saat dibuang menempati Pesanggrahan Menumbing yang terletak di tengah hutan perawan di atas Bukit Menumbing.
Di dua gedung yang lokasinya berjarak sekitar 10 kilometer itulah pemimpin lain seperti H Agus Salim dan Mr Mohammad Roem dibuang bersama Presiden dan Wakil Presiden RI pertama tersebut.
Di Mentok, wisatawan dapat pula menikmati kemegahan bangunan tua yang masih kokoh, mercu suar Tanjung Kelian yang dibangun tahun 1862. Dari puncak bangunan itu, pengunjung bisa menyaksikan seantero Mentok dan sekitarnya.
Namun, sayang, Mentok pun seperti kota tua yang terlupakan. Kota kecamatan itu tetap belum menjadi daerah tujuan wisata, baik bagi wisatawan luar daerah maupun mancanegara. Mentok baru dinikmati oleh sebagian kecil warga setempat dan daerah lain di Pulau Bangka.
Wisatawan lokal itu umumnya juga hanya menikmati Pantai Tanjung Kelian dan mercu suarnya, serta Bukit Menumbing. Karena belum dikelola menjadi daerah tujuan wisata, menyebabkan Mentok tidak bisa berkembang sebagaimana mestinya.
Untuk Sejumlah kendala menghadang perkembangan Mentok. Salah satu hambatan utama adalah sulitnya transportasi di daerah itu. Agar bisa ke Bukit Menumbing, misalnya, alat transportasi yang bisa digunakan hanya dengan mobil atau sepeda motor sewaan, namun biayanya relatif mahal.
Para tukang ojek sepeda motor, misalnya, memasang tarif Rp 50.000-Rp 75.000 sekali jalan. Sementara mobil sewaan memasang tarif Rp 250.000. Mahalnya biaya disebabkan medan yang berat harus dilalui jika hendak ke Menumbing.
Jalan menanjak yang lebarnya hanya dua meter menjadi alasan mahalnya tarif. Belum lagi perjalanan menuju Menumbing yang harus melalui hutan perawan sejauh lima kilometer. “Saya tidak berani mengantar ke sana,” ujar Sarif, salah seorang tukang ojek sepeda motor ketika diajak ke Menumbing.
Di perbukitan dengan ketinggian sekitar 800 meter dari permukaan laut tersebut pengunjung bisa melihat-lihat kamar tempat Bung Karno dan Bung Hatta serta salah satu mobil yang mereka pakai saat diasingkan Belanda di daerah itu.
Pesanggrahan tempat pembuangan Bung Karno dan Bung Hatta itu sejak beberapa tahun lalu telah diubah menjadi hotel dengan nama Jati Menumbing. Dari atas perbukitan ini, Kota Mentok, Pelabuhan Muntok, dan Selat Bangka terlihat dengan jelas.
Di Mentok juga terdapat Wisma Ranggam yang saat ini tengah dipugar. Gedung tua itu juga pernah menjadi tempat tinggal Bung Karno saat berada dalam pengasingan di Mentok.
Keindahan Mentok tidak hanya itu. Berjalan-jalan di dalam kota kecil itu tidak ubahnya berjalan-jalan di kota tua. Di mana-mana terdapat gedung tua, baik yang masih terawat karena dihuni maupun yang sudah rusak berat karena dibiarkan telantar.
Itu semua bisa menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang. Warga Sumatera, misalnya, bisa datang ke Mentok melalui Pelabuhan Muntok. Dari Pelabuhan Boom Baru di tepi Sungai Musi di Kota Palembang, Mentok dapat dicapai dengan kapal cepat sekitar 2,5- 3 jam.
Belum bisa diwujudkannya Mentok sebagai daerah tujuan wisata, diakui Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Mentok Fauzi. Menurut dia, hal itu terjadi terutama karena selama ini perhatian pemerintah daerah dan pemerintah pusat masih kurang.
Namun, setelah Kabupaten Bangka dimekarkan dan salah satunya menjadi Kabupaten Bangka Barat, Fauzi yakin Mentok akan tumbuh menjadi daerah tujuan wisata yang dapat diandalkan. “Mentok ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Bangka. Mudah-mudahan dengan menjadi ibu kota kabupaten, dalam waktu lima tahun ke depan Mentok akan jauh lebih maju,” katanya.
Dengan menjadi ibu kota kabupaten, ungkap Fauzi, pembangunan Mentok tentu akan lebih diperhatikan. Pembangunan di kecamatan yang berpenduduk sekitar 40.000 jiwa itu akan menyentuh pula sektor pariwisata.
WISATA Pulau Bangka memang tidak hanya melulu mengandalkan pantainya yang cantik-cantik. Sejumlah obyek lain di pulau itu bisa diandalkan menjadi magnet penarik wisatawan.
Sebut saja misalnya beberapa tempat-tempat pemandian air panas di beberapa kabupaten. Salah satunya adalah tempat wisata pemandian air panas Pemali di Sungai Liat, Kabupaten Bangka.
Sama seperti beberapa pemandian ari panas lain di Bangka, sumber mata air panas di Pemali juga berasal dari dalam perut bumi. Air panas yang konon bisa menyembuhkan aneka macam penyakit kulit itu keluar memancar dari perut bumi.
Namun, sayang, saat ini Pemali ditutup sementara karena di lokasi itu tengah dibangun rumah makan dan gedung lainnya. Hanya warga sekitar lokasi pemandian itu yang masih bisa mandi-mandi atau sekadar merendam kakinya di kolam air panas. Satu lokasi pemandian air panas lainnya ada di Dendang, Kecamatan Kelapa. Namun, lokasi ini belum dikelola secara baik.
Selain Pantai Pasir Padi, masih banyak pantai lain yang seharusnya bisa mengundang wisatawan. Sebut saja misalnya Pantai Matras, Pantai Parai/Tenggiri, Pantai Batu Bedaun, Pantai Tanjung Pesona, Pantai Teluk Uber, Pantai Rebo, Pantai Air Anyer, Pantai Remodong, Pantai Tanjung Kelian, Pantai Tanjung Ular, Pantai Pasir Kuning, dan Pantai Penyak.
Bagi penggemar lokasi wisata bukan pantai, Bangka juga memiliki tak sedikit tempat wisata. Bagi mereka yang suka wisata alam, di Sungailiat, Kabupaten Bangka, terdapat hutan wisata. Hutan ini terletak di jantung Sungailiat. Lokasinya di depan Masjid Agung. Tempat ini sering dipakai berkemah oleh anak-anak muda atau pelajar dan Pramuka.
Pulau Bangka yang sekitar 40 persen penduduknya warga keturunan Cina juga banyak memiliki gedung-gedung tua yang indah. Bahkan, kampung Cina dengan ciri khasnya bisa ditemui di sejumlah lokasi. Di beberapa kampung Cina, keanekaragaman adat, seni, dan budayanya bisa menjadi pemandangan tersendiri.
Beberapa kampung Cina yang terdapat di Pulau Bangka antara lain di Pari Tiga Jebus, Kuto Panji Belinyu, Kampung Bintang, Pangkal Pinang, dan Desa Mengkuban Manggar.
Desa wisata, tetapi dalam nuansa lain bisa pula ditemukan di Bangka, yakni Desa Wisata Bali. Desa ini adalah Trans VI Batu Betumpang yang merupakan desa percontohan, dengan penduduk berasal dari Bali. Bersihnya perkampungan, sifat gotong royong, balai banjar, dan pura tempat sembahyang umat Hindu Bali menjadi ciri khasnya.
Bangka seolah-olah diciptakan Tuhan menjadi tempat tujuan wisata. Lokasi wisata lain yang dapat dinikmati pengunjung antara lain air terjun Sadap di Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Bahkan, tersedia wisata agro di pulau ini. Kebun lada putih yang banyak tersebar di pulau itu, ditambah perkebunan karet dan kelapa sawit, bisa menjadi pemandangan yang mengasyikkan bagi pengunjung.
Bagi penggemar buah nanas, hamparan perkebunan nanas yang luas bisa disaksikan di Toboali, di bagian selatan Pulau Bangka. Di perkebunan nanas ini pengunjung bisa langsung menikmati nanas segar dan manis langsung dari kebun.
Membicarakan potensi wisata Pulau Bangka memang seakan tiada habisnya. Selain di Mentok, tempat wisata sejarah terdapat pula di Kota Pangkal Pinang. Salah satu bangunan tua adalah Museum Timah yang terletak di jantung kota. Gedung ini menyimpan sejarah penambangan timah di Bangka.
Bangka masih pula menyimpan potensi wisata lain, misalnya kolam ikan Pha Kak Liang dengan bangunan khas Cina di Belinyu, klenteng di daerah Jebus juga menyimpan keindahan arsitektur khas Cina.
Begitu banyak dan beragamnya potensi wisata Bangka, membuat pulau ini pantas disebut tidak kalah dengan Pulau Dewata. Namun, pengelolaan yang tidak maksimal menyebabkan potensi ini seperti terabaikan. Jangankan orang Jakarta dan kota besar lainnya, warga Palembang dan Sumatera Selatan yang bertetangga pun seperti enggan berkunjung ke Bangka.

1 komentar: